Senin, 17 Oktober 2011

BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM


PROSES MUNCULNYA AGAMA ISLAM

Kehidupan bangsa Arab Saudi sebelum munculnya agama Islam disebut zaman jahiliah. Suku Quraisy adalah suku terhormat yang mendapat kepercayaan untuk menjaga dan memelihara kakbah.
          Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW hidup di tengah kehidupan zaman kebodohan (jahiliah)  bangsa Arab dan telah teruji ketabahan dan kejujurannya, sehingga ia diberi gelar Al Amin. Pada usia 40 tahun, nabi Muhammad SAW berusaha memohon petunjuk pada Allah SWT agar mendapat pencerahan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Arab yang Jahiliah.
          Pada tanggal 17 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus tahun 610 M, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu (Firman Allah) yang diturunkan melalui Malaikat Jibril di Gua Hira.
          Proses penyebaran agama Islam semula dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW di Kota Mekkah, namun karena di kota tersebut selalu mendapat pertentangan yang hebat dari salah satu bangsa setempat, maka pada tahun 622 M, Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya pindah (hijrah) dari Mekkah menuju Madinah. Peristiwa hijrah tersebut dikenal dengan tahun baru hijrah atau tahun baru islam.


PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA
         
Islam masuk ke Indonesia ketika sebagian masyarakatnya sudah memeluk agama Hindu atau Buddha, atau saat masyarakat masih memeluk kepecayaan asli bercampur saling mempengaruhi. Namun yang jelas, Islam dating setelah Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia terlebih dahulu.
Prose masuk dan berkembangnya kebudayaan Islam di Indonesia tidak jauh berbeda dengan proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu dan Buddha, yakni sebagian besar melalui pergaulan antar para pedagang dari berbagai bangsa maupun antara pedagang dengan penduduk setempat. Pergaulan antar bangsa yang saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama, besar kemungkinan dapat mendorong masuknya agama Islam ke Indonesia. Para pedagang dari Gujarat, Persia, dan Arab memanfaatkan kegiatan perdagangan untuk menyebarkan agama Islam.
Agama Islam diperkiran telah masuk ke Indonesia sejak sekitar abad ke 7-M. Kemudian, pada abad ke-8 M dan 9 M kebudayaan Islam mulai berkembang meskipun belum membentuk suatu pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan. Para pedagang Islam menetap dengan membentuk perkampungan di daerah pantai dan secara langsung maupun tidak langsung mulai mengenalkan ajaran islam kepada penduduk setempat melalui perilaku kehidupan sehari-hari.



1.     Sumber-sumber Sejarah Masuknya Agama  Islam di Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia dapat dipelajari dari beberapa sumber sejarah yang terdapat di dalam negeri dan luar negeri, antara lain:
v     Sumber sejarah  dari  dalam Negeri
o    Tulisan batu nisan Fatimah Binti Maimun di Leran, Gresik   
o    pada tahun 1082 M.
o    Pemakaman bangsawan Majopahit di Trowulan dan Troloyo.
o    Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
o    Makam Sultan Malik as Saleh.

v     Sumber sejarah dari luar negeri :
o       Berita dari Cina tentang Catatan Dinasti Tang yang menyebutkan  bahwa pada abad ke-7  M, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatera Utara.
o       Berita dari Cina tentang catatan Ma-huan (musafir dari Cina). Berdasarkan catatan ini, sekitar tahun 1413-1415 saat mengiringi Laksamana Cheng-ho di daerah Laut Selatan, Ma-huan menuliskan sejarah perkembangan agama Islam dalam bukunya yang berjudul “Ying-Yai Sheng-lan”.
o       Berita dari Arab tentang catatan Raihan Al Beruni (dari Persia). Menurut catatan Raihan, pada abad ke-7 M, banyak pedagang dari Arab yang melakukan kegiatan dagang di daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, bahkan di Kerajaan Sriwijaya ditemukaan perkampungan orang Arab sebagai tempat tinggal sementara.
o       Berita dari Arab tentang catatan Ibnu Battuta. Dalam persinggahannya di Samudera Pasai, saat Ibnu Battuta melakukan perjalanan ke Cina (tahun 1345-1346), ia menuliskan dalam catatannya bahwa Kota Bandar Samudera Pasai diperintah oleh seorang Raja pemeluk agama Islam yang bernama Malik al Saleh.
o       Berita dari Eropa tentang catatan perjalanan Marcopolo. Saat perjalanannya ke Cina, Marcopolo singgah di Perlak, yang terdapat masyarakat muslim yang bertempat tinggal di Pesisir.
o       Berita dari Eropa tentang catatan Suma Oriental (musafir dari Portugis). Dalam perjalanannya ke Asia Tenggara (tahun 1512-1515), Suma menuliskan tentang penyebaran agama Islam di Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga Kepulauan Maluku.

2.     PROSES PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dapat melalui beberapa  aktivitas, yakni melalui perdagangan, perkawinan, peranan ulama/wali, kesenian, akulturasi dan asimilasi budaya. Berikut ini diuraikan peran Wali Songo dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia.
v     Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) adalah  ulama dan mubaligh Islam I yang dating ke Pulau Jawa. Ia merintis penyebaran agama Islam di Jawa,  khususnya di sekitar Gresik (pantai utara  Jawa Timur) pada abad ke-13 M.
v     Sunan Ampel (Raden Rahmat) menyebarkan agama Islam di sekitar Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
v     Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)  menyebarkan agama islam di Tuban, Lasem dan sekitar Rembang. Ia memiliki murid yang bernama Jaka Said (Sunan Kalijaga).
v     Sunan Giri (Raden Paku) menyebarkan agama Islam di Pulau Madura, Pulau Bawean, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Maluku.
v     Sunan Drajad (Syarifudin) menyebarkan agama Islam di daerah Surabaya dan sekitarnya,
v     Sunan Kalijaga (Jaka Said / Raden Mas Said) menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Tengah bagian utara, khususnya di Kadilangu Demak.
v     Sunan Kudus (Jafar Sodiq) menyebarkan agama Islam di daerah Kudus, Jawa Tengah.
v     Sunan Gunung Jati (Syariif Hidayatullah) menyebarkan agama Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon, Jawa Barat.

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

1.   Samudera Pasai
          Didirakan pada tahun 1290. Raja pertama dari kerajaan Samudera Pasai adalah Malik al Saleh. Letak kerajaan di sekitar Lhoksumawe (pantai Timur Aceh).
      Seorang musafir yang berasal dari Maroko pernah singgah di Samudera Pasai pada masa pemerintahan Malik al Zahir yaitu Ibnu Batutah. Kehidupan masyarakat sehari-hari diatur melalui hokum Islam. Berdasarkan sumber yang tertulis yang ada, raja terakhir yaitu Zainul Abidin. Selanjutnya kerajaan ini dikuasai Kerajaan Aceh.

2.   Kerajaan Aceh.
          Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Muqhayat Syah. Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis Aceh menjadi pusat perdagangan lada putih di Asia Tenggara.  Aceh sebagai pusat perdagangan lada putih di Asia Tenggara. Kesultanan Aceh mencapai masa keemasan pada masa Sultan Iskandar Muda. Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh, yaitu :
*      Kegagalan Sultan Iskandar Muda menaklukan Malaka ketika itu dikuasai oleh Portugis.
*      Banyak pejabat-pejabat yang korupsi.

3.   Kerajaan Demak.
      Merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Didirikan oleh Raden Patah putera raja Majapahit yaitu Brawijaya V. Setelah Raden Patah wafat kedudukannya diganti oleh anaknya yang bernama Adipati Yunus  bergelar Pangeran Sabrang Lor., karena pada tahun 1513 dia pernah melakukan penyerangan kepada kedudukan Portugis di Malaka. Kerajaan Demak mencapai masa keemasan pada masa Sultan Trenggono.

4.   Kerajaan Pajang.
          Berada di pedalaman Jawa Tengah. Rajanya yang terkenal adalah Adiwijaya. Kerajaan ini berkembang secara agraris. Karena keberadaannya yang berada di pedalaman inilah, Islam mulai bercampur dengan kepercayaan lama Hindhu-Budha. Panjang akhirnya berada dalam kekuasaan Mataram setelah pangeran benawa menyerahkan tahta kepada Sutawijaya,

5.   Kerajaan Mataram.
      Didirikan oleh Sutawijaya  yang kemudian bergelar Panembahan Senopatin, anak dari Ki Gede Pamanahan. Kerajaan Mataram mulai berkembang menjadi suatu kerajaan besar di Jawa dibawah Panembangan Senopati. Pada tahun 1601 Mas Jolang anak dari Panembahan Seda Krapyak. Raja terbesar dan menjadikan Mataram pada masa keemasan yaitu Sultan Agung melakukan upaya penaklukan Batavia yang saat itu diduduki oleh VOC. Upaya menaklukan Batavia gagal karena kurangnya jumlah tentara dan pangan yang tersedia. Perjanjian Giyanti berisi mengenai pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Yogyakarta dan Surakarta, Yogyakarta diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi dengan gelar Hamengkubuwono I.  sedangkan Surakarta tetap dikuasai oleh Paku Buwono III. Pada masa Raffles, wilayah Yogyakarta dikurangi oleh Inggris. Kerajaan Mataram dipecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman.

6.   Kerajaan Cirebon.
      Kerajaan Cirebon didirikan oleh Fatahilah. Fatahilah yaitu seorang penyebar agama Islam, ahli perang., politikus, dan negarawan, yang sebelumnya mengabdi pada Kerajaan Demak. Pemerintahan Fatahillah tidak berlangsung lama, karena dia lebih menekuni bidang agama. Tahta diserahkan kepada cucunya Panembahan Ratu. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dan dimakamkan di Desa Gunung Jati.

7.   Kerajaan Banten.
          Dirintis oleh Nurulah. Pada tanggal 22 Juni 1527 Nurullah menaklukan Sunda Kelapa dan diberi gelar Fatahillah oleh Sultan Trenggana. Setelah Fatahillah meninggal kedudukannya digantikan oleh anaknya yang bernama Hasanuddin. Pada masa Hasanuddin ini Banten melepaskan diri dari Demak. Hasanuddin digantikan oleh Maulana Yusuf, dialah yang menaklukan kerajaan Padjajaran dan banyak penduduk Padjajaran yang masuk Islam. Sultan Banten yang paling terkenal adalan Sultan Agung Tirtayasa, karena Sultan Agung menentang monopoli yang dilakukan oleh VOC dan perang melawan VOC.

8.   Kerajaan  Makassar.
      Kerajaan Islam Makassar adalah kesultanan di wilayah Sulawesi Selatan yang merupakan gabungan dari dua kerajaan, yaitu Gua dan Tallo. Sultan yang terkenal dan terbesar dalam sejarah kerajaan Islam Makassar adalah Sultan Hasanuddin yang bergelar Ayam Jantan dari Timur. Pada masa kekuasaannya Makassar terlibat perang dengan VOC yang berusaha memonopoli perdagangan di Sulawesi Selatan. Karena tidak berhasil menaklukkan Makassar, VOC menggunakan taktik Devide et Impera dan menghasut Raja Bone Aru Palaka untuk ikut bergabung melawan Sultan Hasanuddin. Pada tahun 1667, Makassar dapat ditaklukan oleh VOC dan Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya.

9.   Kerajaan Ternate.
          Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara, berdiri sejak abad ke-13, dengan ibukota di Sampalu. Perkembangan agama Islam di Ternate sangat pesat setelah raja Ternate Zainal Abidin belajar Islam di Ternate. Para kyai dan ulama di Gresik didatangkan ke Ternate untuk menjadi guru  ngaji. Selain itu, Para pemuda di Ternate juga dikirimkan ke Gresik untuk belajar agama Islam. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, dengan wilayah kekuasaan sampai Filipina.

10.   Kerajaan Tidore.
          Setelah Kerajaan Ternate, di Maluku pada abad ke-13 juga terdapat Kerajaan Tidore.  Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate, yaitu Pulau Tidore. Pada awalnya, Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore bersatu. Namun setelah kedatangan bangsa Portugis dan Sepanyol, kedua kerajaan itu tidak lagi bersatu. Kerajaan Ternate bersahabat dengan Portugis, sedangkan Kerajaan Tidore bersahabat dengan Sepanyol. Pada perkembangan berikutnya, dua Kerajaan tersebut kembali bersatu untuk mengusir bangsa Spanyol dan Portugis, yang akhirnya mereka pun berhasil.

PENINGGALAN-PENINGGALAN SEJARAH ISLAM

1.   Masjid.
          Masjid digunakan oleh umat manusia sebagai tempat beribadah. Masjid di Indonesia umumnya diberi nama Masjid Jami’ atau  Masjid Agung, karena berjumlah besar. Ciri-ciri masjid pada awal penyebaran Islam antara lain, sebagai berikut :
*      Atap masjid berbentuk bujur sangkar dan bertingkat seperti sebuah pura di Hindu.
*      Mimbar masjid berbentuk teratai.
*      Hiasan masjid umumnya berupa ukiran bermotif hewan dan tumbuhan.
*      Terdapat kolam atau parit air yang mengelilingi serambi.
*      Menara masjid menyerupai gapura keratin atau candi.
*      Pintu gerbang (gapura) masjid menyerupai gapura keratin atau candi.
*      Masjid di kota-kota umumnya menghadap alun-alun dan dekat istana.
Contoh : Masjid Banten, Masjid Demak, Masjid Kudus, dan lainnya.
                                       
2.   Keraton.
          Bangunan keraton pada masa perkembangan agama islam di Indonesia merupakan hasil perpaduan antara corak Hindu, Islam, dan tradisi setempat yang memiliki kemiripan dengan masjid. Persamaan itu diketahui dari bentuk atap keraton yang berupa tumpang dan bentuk yangt berupa kori. keraton selalu dihadapkan ke arah utara (magnetis dunia) dan masjid ditempatkan di sebelah barat keraton sedangkan di sebelah timur ditempatkan pasar . Hal ini menunjukkan 
gambaran mengenai susunan masyarakat dalam bentuk macapat. Di pusat ibu kota kerajaan, terdapat alun-alun tepat di depan keraton. Pada umumnya, di alun-alun ini dapat dijumpai pohon beringin, yakni sebagai tanda atau simbolis bahwa seorang raja perlu dekat dan akrab dengan rakyatnya serta sekaligus sebagai pengayoman masyarakat. Contoh keraton : Keratan Surakarta, Keraton Yogyakarta, dan Keraton Kesepuhan di Cirebon.

3.   Nisan (makam).
          Nisan adalah bagian dari makam, yang berfungsi sebagai penanda telah dimakamkannya seseorang yang telah meninggal. Nisan, umumnya dilengkapi oleh jirat (kijing) dan cungkup (kubah). Pada zaman menengah, makam dibangun di perbukitan dengan bentuk dan susunan berundak-undak. Model kubah atau cungkup sangat bervariasi bentuknya, yaitu ada yang seperti rumah biasa, rumah joglo, dan rumah adat. Contohnya yaitu : Nisan pada makam Sultan Malik al Saleh di Samudera Pasai, dan nisan pada makam Fatimah Binti Maimun di Leran, Gresik.

4.   Kaligrafi .
          Kaligrafi adalah hasil atau karya seni melukis atau mengukir huruf-huruf Arab yang berisikan tulisan-tulisan Arab yang berisikan tulisan-tulisan yang mengingatkan manusia kepada Allah SWT, beserta firman-firman dan Nabi Muhammad SAW. Kaligrafi ini dapat dibuat pada media kertas, kanvas, plastic, dan diikuti pada kayu, bambu, dan sebagainya. Contohnya yaitu : Berbagai macam bentuk kaligrafi.

5.   Kesastraan.
Pada zaman menengah umumnya berkembang di daerah sekitar Selat Malaka dan di Jawa. Berdasarkan sumber-sumbernya, sastra dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sastra  yang dipengaruhi dari luar seperti Persia atau Arab dan sastra yang berasal dari kelanjutan sastra pada zaman dahulu. Menurut cerita dan isinya, sastra dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut :
*        Hikayat : bermacam-macam cerita atau dongeng, yaitu ada yang
fiksi sehingga peristiwa-peristiwa yang berpangkal pada tokoh sejarah.
*        Suluk : Kitab yang menceritakan berbagai hal tasawuf. Di Jawa, suluk banyak bercerita tentang walisongo.
*        Babad : Hikayat yang diubah menjadi cerita sejarah, sehingga selain berbentuk sejarah,  juga menganding kesusastraan.
*        Syair : Sajak yang tiap baitnya berjumlah empat bait atau hampir sama dengan pantun.
Contohnya yaitu : Hikayat (Rawaun Amir Hamzah, Kertapati, si Miskin dan Hang Tuah), Suluk (Sukarsa, Malang Sumirang, dan Wujil), babad (Sejarah Melayu dan Tanah Jawi), dan syair (Bustan Us-Salatin karya Nuddin ar Raniri dan si Burung Pingai karya Hamzah Fansuri).

UPAYA MENGHARGAI PENINGGALAN - PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM
          Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghargai peninggalan sejarah bercorak islam :
*      Memperingati hari besar agama dalam bentuk kegiatan yang berpositif dan bermakna, seperti  ceramah keagamaan, pentas seni, serta menyantuni panti jompo dan panti asuhan,
*      Ikut aktif merawat dan mempertahankan peninggalan sejarah yang berbentuk seni bangunan, sebagai cagar budaya.
*      Memberikan pengertian terhadap semua pihak agar menjaga kemurnuan atau kebersihan peninggalan sejarah yang berbentuk seni bangunan sesuai aslinya agar terhindar dari coretan-coretan yang tidak bertanggung jawab.
*      Mengembangkan nilai luhur isi kitab atau ajaran peninggalan sejarah budaya islam yang sesuai dengan nilai kehidupan sehari-hari, misalnya kerukunan, semangat gotong royong, dan saling menghormati sesame umat beragama.
*      Jika menemukan bukti peninggalan sejarah,segera melaporkan kepada instansi terkait agar mendapatkan penanganan yang intensif dan professional.
*      Mengunjungi museum tempat penyimpanan peninggalan sejarah islam yang dapat digunakan sebagai sumber penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar