Rabu, 11 April 2012

Usia Kehamilan Delapan Minggu dengan Abortus Incompletus


Abortus Incomplets adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. (Mochtar Rustam, 1998: 212)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga non profesional dapat menimbulkan efek samping yang serius seperti tingginya kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil, bersalin, pada saat ini angka kematian ibu di Indonesia berkisar sebesar 19.500 – 20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26 – 27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5%; infeksi 22,5%; gestosis 17,5%; dan anastesia 2%.
Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer, Arief, 2004)
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu. (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Mochtar Rustam, 1998)

Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor, sebagai berikut :
1.      Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
a.       Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.
b.      Faktor lingkungan endometrium
1)      Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
2)      Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
c.       Pengaruh luar
1)      Infeksi endometrium, endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
2)      Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2.      Kelainan pada placenta
a.       Infeksi pada placenta dengan berbagai sebab, sehingga placenta tidak dapat berfungsi.
b.      Gangguan pembuluh darah placenta, diantaranya pada diabetes mellitus.
c.       Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah placenta sehingga menimbulkan keguguran.
3.      Penyakit ibu
a.       Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.
b.      Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran oksigen menuju sirkulasi retroplacenter.
c.       Penyakit menahan ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes mellitus.
4.      Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus septis, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks post partum.

Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu villi korealis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8–14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga placenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan pada kehamilan lebih dari 14 minggu. Janin dikeluarkan lebih dahulu daripada placenta. <$2Fo:p>

Pemeriksaan Penunjang
1.      Tes Kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2.      Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan janin masih hidup.

Komplikasi
1.      Perdarahan, perforasi, syok, dan infeksi.
2.      Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

Diagnosis Klinik Abortus
1.      Abortus Iminens (keguguran mengancam)
Abortus Iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu di mana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. (Hanifa, 2002: 305).
Keguguran mengancam ditegakkan dengan jalan :
a.       Terdapat keterlambatan datang bulan.
b.      Terdapat perdarahan disertai perut sakit (mules).
c.       Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
d.      Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif.
2.      Abortus Insipien (keguguran membakat)
Abortus insipien ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. (Winkjosastro, Hanifa, 2002 : 306-307).
Abortus insipien ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi.
Keguguran membakat ditandai dengan :
a.       Perdarahan lebih banyak, kadang gumpalan darah.
b.      Perut mules (sakit) lebih hebat karena kontraksi rahim kuat.
c.       Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan.
d.      Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan / hasil konsepsi dapat diraba.
3.    $26nbsp; Abortus Incompletus (pengeluaran tidak lengkap)
Abortus incomplets adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Gejala yang mungkin dapat terjadi :
a.       Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus, sampai terjadi keadaan anemis.
b.      Perdarahan banyak mendadak menimbulkan keadaan gawat.
c.       Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi.
Pada pemeriksaan dijumpai gambaran :
a.       Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienus, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi.
b.      Dapat diraba jaringan dalam rahim atau kanalis servikalis.
c.       Kanalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus.
d.      Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah.
4.      Abortus Completus (keguguran lengkap)
Abortus Completus artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
Gambaran klinisnya adalah uterus telah mengecil, perdarahan sedikit dan kanalis servikalis telah tertutup.
5.      Missed Abortion
Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada di dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Gejala pada missed abortion :
a.       Dijumpai amenorea.
b.      Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya.
c.       Selama observasi fundus tidak bertambah tinggi malahan tambah rendah.
d.      Reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati.
e.       Pada pemeriksaan dalam, seviks menutup dan ada darah sedikit.
6.      Abortus Habitualis (keguguran berulang)
Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Etiologinya adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, kesalahan pada ibu (disfungsi tyroid, kesalahan placenta), keadaan gizi ibu (malnutrisi), hipertensi karena sirkulasi darah pada placenta terganggu sehingga fetus mati, gangguan psikis.
7.      Abortus Infeksiousus atau Abortus Septik
Abortus infeksiousus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis :
a.       Adanya abortus amenorea, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.
b.      Pemeriksaan kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.
c.       Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis.
d.      Pada abortus septik: kelihatan sakit perut, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.

Penatalaksanaan
1.      Abortus Imminen
a.       Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b.      Periksa denyut nadi dan suhu tubuh dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas.
c.       Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati, pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d.      Berikan obat penenang, biasanya Phenobarbital 3x10 mg berikan preparat hematinik, misalnya sulfur ferosus 600 – 1000 mg.
e.       Diet tinggi protein dan tambah dan vitamin C.
f.        Bersihkan vulva minimal 2 x/hari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
2.      Abortus Insipiens
a.       Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b.      Pada kehamilan kurang dari 12 minggu yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan Pengosongan uterus memakai kuret vacum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrim 0,5 mg intra muscular.
c.       Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, infus oksitosin 10 IV dalam dokstrose 5% 500ml dimulai 8 tetes per menit, Naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.
d.      Bila janin sudah keluar, tetapi placenta masih tertinggal lakukan pengeluaran placenta secara normal.
3.      Abortus Incompletus
a.       Bila disertai syok karena perdarahan berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b.      Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikan ergometrin 0,2 mg IM.
c.       Bila janin sudah keluar, tetapi placenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran placenta secara manual.
d.      Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4.      Abortus Completus
a.       Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 2x1 tablet selama 3-5 hari.
b.      Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
c.       Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5.      Missed Abortion
a.       Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan.
b.      Kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan curetase.
c.       Dapat juga dilakukan histerotonia anterior.
d.      Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
6.      Abortus Habitualis
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih berat hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan pada serviks incompeten terapinya adalah Aperatif Shirodkar atau Mc Donald (cervical carriage).
7.      Abortus Infeksiousus atau Abortus Septik
a.       Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
b.      Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat).
1)      Berikan suntikan penicillin 1 juta satuan tiap 6 jam.
2)      Berikan suntikan streptomycin 500 mg setiap 12 jam.
3)      Atau antibiotik spectrum luar lainnya.
c.       24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak, lakukan dilatasi dan curetase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
d.      Infus dan pemberian antibiotik diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
e.       Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotik ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
f.        Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan, dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar