Sebagian besar kanker payudara ditemukan
oleh penderita sendiri, yang berarti pada kondisi stadium lanjut inoperabel.
Oleh karena ukuran tumor umumnya berpengaruh terhadap prognosis, maka
penanggulangan diprioritaskan pada upaya menemukan tumor ini dalam ukuran kecil
asimtomatik dengan cara : (1) pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) dan (2)
pemeriksaan payudara secara klinik (SARANIK) oleh dokter, bidan ataupun
paramedis yang terlatih. Apabila pada kedua pemeriksaan ini ditemukan nodul,
maka pemeriksaan dilanjutkan dengan (3) sitologi biopsi aspirasi dengan/tanpa
(4) mamografi ataupun (5) biopsi bedah. Prosedur, teknik dan peralatan sitologi
biopsi aspirasi sangat sederhana dan murah dengan ketepatan diagnosis yang
tinggi. Kombinasi sitologi biopsi aspirasi dan mamografi memberikan ketetapan
diagnosis alternatif, apabila biopsi aspirasi tidak dapat dilakukan atau gagal
memberi informasi yang akurat.
PENDAHULUAN
Tumor payudara hampir selalu memberi kesan
menakutkan bagi wanita. Bahkan banyak para pakar sependapat bahwa setiap nodul pada payudara dianggap sebagai kanker
terutama pada wanita golongan risiko tinggi walaupun kemungkinan tumor jinak tidak dapat diabaikan. Pendapat yang
"berlebihan" ini dapat dipahami, mengingat insiden kanker payudara
tinggi tidak hanya di negara sedang berkembang, tapi
juga di negara maju. Di Indonesia kanker payudara berada pada urutan ke dua dari jenis kanker yang ada dan lebih kurang
60 - 80% ditemukan pada stadium lanjut yang berkaibat fatal').
Tingkat pertumbuhan atau stadium kanker
payudara ditentukaan tumor, penyebaran pada kelenjar getah bening di daerah
ketiak ataupun supraklavikuler dan organ lain misalnya paru, hati dan tulang.
Semakin kecil tumor, kemungkinan penyebaran tumor semakin kecil dan tindakan
bedah kuratif dapat diharapkan walaupun sifatnya "sulit diramalkan"
karena kemungkinan mikrometastasis tidak dapat
diabaikan. Oleh sebab itu
penanggulangan kanker payudara dewasa ini diprioritaskan path upaya menemukan
kankerpada ukuran sekecil mungkin. Tujuan
tulisan ini adalah untuk mengemukakan berbagai pendekatan sederhana untuk menemukan
kanker payudara
pada stadium awal secara efektif dan efisien.
ETIOLOGI
Penyebab kanker payudara belum jelas
diketahui, namun pengaruh hormonal merupakan faktor yang utama. Apabila pada wanita berusia kurang dari 35 tahun
dilakukan kastrasi ovarium ataupun
adrenal, maka risiko kanker payudara pada wanita tersebut lebih kecil dibanding dengan
wanita biasa. Wanita yang menarkhe pada usia sebelum 11 tahun dan wanita yang sulit dapat anak, insiden kanker payudaranya
lebih tinggi dibanding wanita normal.
Faktor luar, antara
lain kemungkhnan makanan, diduga ada kaitannya
dengan insiden kanker payudara. Insiden kanker payudara
pada wanita Jepang lebih rendah dibanding wanita Barat Golongan risiko
Golongan risiko sering membantu dalam
diagnosis karsinoma payudara.
Yang dimaksud dengan golongan risiko adalah kelompok wanita yang mempunyai kemungkinan lebih
tinggi terjangkit penyakit kanker payudara, dengan
kriteria :
1)
Wanita berusia di atas 40 tahun
2)
Orang tua (ibu) menderita kanker payudara
3) Saudara
(kakak, adik) menderita kanker payudara
4)
Pernah menderita kanker pada salah satu payudara
5)
Penderita tumor jinak payudara
6)
Kehamilan pertama terjadi sesudah usia 35 tahun.
Kanker payudara 95% merupakan
karsinoma,'berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan
dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar
lobulus yang disebut karsinoma noinvasif.
Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya
tumor meluas menuju fasia otot pektoralis ataupun daerah kulit yang menimbulkan
perlengketan-perlengketan. P ada kondisi demikian, tumor dikategorikan stadium
lanjut inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh
getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membesar. Kemudian
melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain pare, hati,
tulang dan otak. Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada
organ jauh dapat
juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen.
Beberapa penulis mengemukakan konsep bahwa
karsinoma payudara
merupakan penyakit sistemik; walaupun tumor kecil, namun kemungkinan mikrometastasis tidak dapat diabaikan.
Namun demikian, stadium dan prognosis
karsinoma payudara
pada umumnya ditentukan berdasarkan ukuran tumor, luas invasi pada
payudara, keterlibatan kelenjar getah bening aksiler
ataupun supraklavikuler dan metastasis ke organ jauh. Semakin kecil ukuran
tumor, tingkat pertumbuhan/stadium semakin rendah dan prognosis lebih baik.
Faktor daya tangkal tubuh
Karsinoma
payudara sebagian meluas progresif, sebagian tumbuh laten
bertahun-tahun dan bahkan ada pula yang mengalami
regresi (Townsend). Kejadian ini diduga ada kaitannya dengan faktor daya
pertahanan tubuh yang disponsori jaringan limfoid. Defek
reaksi limfosit pada kelenjar getah bening di lila mempercepat pertumbuhan tumor dan prognosis
lebih buruk.
Di samping itu ketergantungan tumor terhadap hormon terutama
estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan tumor.
GEJALA KLINIK
Keluhan utama penderita adalah pembengkakan
payudara.
Perasaan sakit jarang terjadi, kalaupun ada
Baru muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut. Oleh karena keluhan sakit tidak ada, pasien tidak merasa perlu pergi berobat, sehingga tumor dibiarkan
tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Itulah sebabnya sebagian besar
(60-80%) penderita kanker payudara ditemukan pada tingkat pertumbuhan lanjut inoperabel.
Pada situasi demikian sering ditemukan tumor melengket dengan kulit atau
kelihatan seperti bisul atau borok disertai pembengkakan kelenjar getah bening
di ketiak ataupun di leher. Pada keadan penyakit demikian, pengobatan biasanya hanya
bersifat paliatif. Pengobatan kuratif dapat dilakukan apabila tumor ditemukan pada
ukuran kecil atau stadium dini.
METODE DETEKSI DINI
Walaupun kemajuan pengobatan kanker dengan
sitostatika semakin meningkat, namun penemuan tumor pada stadium dini merupakan
faktor penting dalam penanggulangan kanker payudara. Sebagian besar kanker
payudara ditemukan oleh pasien sendiri, artinya tumor dalam tingkat pertumbuhan
lanjut. Untuk menemukan tumor ini pada stadium awal diperlukan inisiatif pasien
dan pemeriksaan medis :
1)
Pemeriksaan payudara sendiri (SARARI)
Pemeriksaan payudara sendiri ternyata terbukti dapat menemukan tumor pada ukuran kecil. Dengan pola pemeriksaan tertentu payudara diperiksa sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Pemeriksaan payudara sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena dengan mempergunakan sabun benjolan lebih mudah teraba. Apabila teraba benjolan walaupun kecil dan tidak sakit, apalagi pada wanita golongan risiko tinggi, segera diperiksakan pada dokter keluarga ataupun dokter di Rumah Sakit/Puskesmas. Menurut penelitian para
Pemeriksaan payudara sendiri ternyata terbukti dapat menemukan tumor pada ukuran kecil. Dengan pola pemeriksaan tertentu payudara diperiksa sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Pemeriksaan payudara sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena dengan mempergunakan sabun benjolan lebih mudah teraba. Apabila teraba benjolan walaupun kecil dan tidak sakit, apalagi pada wanita golongan risiko tinggi, segera diperiksakan pada dokter keluarga ataupun dokter di Rumah Sakit/Puskesmas. Menurut penelitian para
ahli, SARARI sangat bernilai dalam deteksi
kanker payudara sedini mungkin.
2)
Pemeriksaan payudara oleh secara klinis (SARANIS)
Dokter umum merupakan ujung tombak dalam penaggulangan kesehatan masyarakat; diperkirakan mempunyai kesempatan luas untuk menemukan kanker payudara ukuran kecil. Kesempatan ini mungkin, apabila pada setiap wanita yang berusia lebih dari 40 tahun atau wanita yang termasuk golongan risiko tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau paramedis wanita merupakan strategi untuk menerobos kendala "budaya rasa malu kalau diperiksa dokter pria yang sering terjadi di klin ik atau puskesmas. Beberapa penulis melaporkan bahwa spesialis kandungan tidak jarang menemukan tumor payudara pada ukuran kecil.
Dokter umum merupakan ujung tombak dalam penaggulangan kesehatan masyarakat; diperkirakan mempunyai kesempatan luas untuk menemukan kanker payudara ukuran kecil. Kesempatan ini mungkin, apabila pada setiap wanita yang berusia lebih dari 40 tahun atau wanita yang termasuk golongan risiko tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau paramedis wanita merupakan strategi untuk menerobos kendala "budaya rasa malu kalau diperiksa dokter pria yang sering terjadi di klin ik atau puskesmas. Beberapa penulis melaporkan bahwa spesialis kandungan tidak jarang menemukan tumor payudara pada ukuran kecil.
SARANIS dilakukan sistematis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Pasien duduk berhadapan dengan petugas medis,
diamati simetrisasi
atau perubahan bentuk kedua payudara.
b)
Kedua tangan pasien diangkat ke atas kepala
sambil memperhatikan simetrisasi ataupun perubahan gerakan kedua payudara.
Adanya tarikan pada kulit merupakan pertanda kemungkinan keganasan. Untuk melihat
lebih jelas, tarikan kulit yang
menutup massa ditekan di antara dua jari tangan dan
terjadi dimpling sign.
c)
Palpasi kelenjar getah bening di daerah
aksiler dilakukan dengan tangan penderita diletakkan santai di alas tangan pemeriksa.
d)
Pada posisi fleksi kepala, daerah
supraklavikuler dipalpasi dengan cermat untuk
melihat kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening.
e)
Pada posisi supine, kedua payudara dipalpasi
sistematis mulai daerah pinggir sampai ke daerah areola
payudara. Palpasi lebih intensif di daerah kuadran lateral atas, karena di
daerah ini lebih sering dijumpai karsinoma. Nodul lebih jelas teraba apabila di
atas kulit payudara dilapukan sabun sambil dipalpasi.
3) Pemeriksaan mamografi
Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan
alat khusus. Teknik sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras.
Dengan cara ini kanker payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat diteksi; bahkan cara
ini dapat dipergunakan sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko
tinggi walaupun tumomya tidak teraba.
Apabila pada SARARI atau pemeriksaan SARADIS ditemukan
benjolan pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan mamografi. Pemeriksaan
mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan patologik : sitologi biopsi aspirasi
ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis mamografi lebih kurang 80%. Indikasi
lain mamografi adalah para wanita golongan risiko dengan keluhan bahwa dari
puting susu keluar cairan coklat atau campurdarah. Akhir-akhir ini muncul alat mutahir
xeromamografi yang mempunyai kemampuan deteksi lebih akurat.
USG sering dipergunakan untuk diagnosis kista
pada payudara. Akan tetapi dengan adanya sitologi aspirasi pemakaian USG makin
berkurang.
4)
Biopsi aspirasi
Pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi jarum
sering dipergunakan sebagai prosedur diagnosis berbagai tumor termasuk tumor
payudara dengan indikasi
1)
Diagnosis preoperatif tumor yang klinik diduga maligna.
2)
Diagnosis konfirmatif klinik tumor maligna ataupun tumor rekuren.
3)
Diagnosis tumor nopnneoplastik ataupun neoplastik.
4) Mengambil bahan aspirat untuk kultur ataupun bahan penelitian.
4) Mengambil bahan aspirat untuk kultur ataupun bahan penelitian.
Teknik dan peralatan sangat sederhana, murah
dan cepat serta tidak ada komplikasi yang berarti.
Dengan mempergunakan jarum halus dan semprit plastik 10 ml, bahan
ekstrak jaringan diambil, dibuat sediaan hapus dan diwarnai
dengan MGG. Dalam beberapa menit (15-30 menit) diagnosis preoperatif dapat ditentukan dan dalam waktu yang singkat
tindakan lanjut dapat ditentukan. Akurasi diagnostik sitologi
BAJAH 80-96% dan dengan kombinasi mamografi akurasi
diagnostik meningkat menjadi 98.7%
Sitologi positif merupakan mandat untuk
survai metastasis
dan rencana pengobatan. Akan tetapi sitologi negatif, belum dapat dipergunakan sebagai oettangan untuk menentukan
terapi oleh karena kemungkinan negatif palsu
dapat terjadi.
Pada kasus demikian perlu diperhatikan aspek
klinik. apabila aspek klinik sesuai dengan sitologi negatif
maka tindakan bedah dapat dilakukan. Sebaliknya pada kasus
di mana sitologi
negatif tidak sesuai dengan klinik hams dilakukan pemeriksaan biopsi bedah. Aplikasi prosedur diagnosis
sitologi aspirasi pada tumor payudara, memungkinkan manajemen
lebih sederhana.
Kista merupakan salah satu indikasi sitologi
biopsi aspirasi. Cairan kista jernih biasanya jinak
dan apabila cairan
dievakuasi seluruhnya, kista tidak teraba
(kolaps) dan sering tidak muncul kembali. Akan tetapi bila cairan
kista coklat atau campur darah dan cepat berulang, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lain seperti mamografi dan
biopsi.
5) True-cut
Jaringan diperoleh dengan mempergunakan jarum
kaliber besar yang dilengkapi alat pemotong jaringan.
Pengambilan jaringan dilakukan di bawah anastesi lokal
ataupun umum. Metode ini tidak banyak dipakai lagi oleh
karena adanya sitologi biopsi aspirasi.
6)
Biopsi terbuka
Biopsi terbuka (open biopsy) adalah prosedur
pengambilan
jaringan dengan jalan operasi kecil, eksisi ataupun insisi yang dilakukan sebagai diagnosis preoperatif
ataupun durante
operationam. Di rumah sakit yang tidak
mempunyai fasilitas sitologi aspirasi atau mamografi, maka pada setiap benjolanpayudara terbuka dilakukan biopsi terbuka.
Biopsi insisi durante operationam dan pemeriksaan histopatologi jaringan dengan teknik
pemotongan beku (frozen section) dilakukan untuk mengetahui sifat
tumor jinak atau
ganas. Dalam waktu yang singkat (5-10 menit)
sifat tumor dapat ditentukan dan tindakan bedah dapat
dilakukan dalam satu tahap.
1. Thomas JF, Fitharris BM, Redding
WH dkk. Clinical examination, xeromammografi
and fine needle aspiration cytology in diagnosis of breast tumours. BMJ. 1978; 2: 1139-1147.
2. Tjindarbumi D .
Penanganan kanker payudara
dini dan lanjut.
Naskah simposium
tumor ganas pada wanita. Bagian Patologi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1987.
3.
Philip J, Harris G, Flaherti C, Joslin CAF. Clinical measure to assess
the practice and efficiency of breast
self-examination. Cancer 1986; 58 : 973-7.
4. Strax P. Strategy (motivation) for detection early breast cancer. Cancer 1980; 46:926-9.
4. Strax P. Strategy (motivation) for detection early breast cancer. Cancer 1980; 46:926-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar