PENDAHULUAN
Penanganan penyakit keganasan melibatkan
berbagai disiplin ilmu dan pemeriksaan, pengobatan dan kontrol tidal lagi
ditangani oleh seorang dokter. Karakteristik dari kelompok yang khusus
menangani penyakit keganasan ini ialah tidak ada lagi dasar pemikiran hierarkis
; pertukaran pikiran dan bebas mengeluaran pendapat untuk membahas dari
berbagai aspek serta memilih alternatif terbaik pola penanggulangan penyakit
keganasan, merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi kelompok
penanganan penyakit kanker.
Pada tulisan ini dikemukakan berbagai pola
pemeriksaan tumor yang mendasar sebelum berlanjut tindakan pengobatan.
POLA PEMERIKSAAN PENYAKIT KANKER
1 ) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara yang klasik
dan penting dalam diagnosis tumor. Dengan cara ini dapat diketahui letak dan
diameter tumor serta hubungannya dengan jaringan atau organ sekitarnya.
Diameter ditentukan dengan mengukur diameter terbesar tumor. Kecepatan membesar tumor dapat di ukur dengan
menentukan diameter. Sebenarnya kecepatan pertumbuhan tumor harus diukur
menurut volume.
Hubungan tumor harus dinyatakan deskriptif : bebas bergerak, atau
melengket dengan jaringan sekitarnya. Konfigurasi kulit yang menutup tumor juga
penting dinyatakan. Misalnya pada kanker payudara stadium lanjut sering
terlihat konfigurasi kulit seperti kulit jeruk, bisul dan tukak. Palpasi
kelenjar getah bening regional dilakukan cermat dengan pola tertentu untuk
mengetahui kemungkinan adanya metastasis.
2) Pemeriksaan
sitologi/histopatologi
Tumor yang letaknya dalam, diusahakan
diperiksa melalui fine needle aspiration biopsy (bipsi
aspirasi jarum halus), true-cut needle biopsy, bone marrow punction
ataupun biopsi insisi/eksisi. Pemeriksaan jaringan dengan cara di atas perlu dilakukan, selain untuk diagnostik kanker, juga
untuk menentukan subtipe tumor karena ada kaitannya dengan
pola pengobatan.
3) Pemeriksaan sifat kimiawi atau biologis
Reaksi hormon atau sitostatika terhadap sel
tumor penting diketahui untuk kepentingan terapi. Kalau mungkin pada setiap jenis tumor di
lokasi tertentu dibuat saru skema pola penanggulangan mulai
dari diagnosis sampai pada terapi yang disebut protokol
penanggulangan tumor. Biasanya protokol ini merupakan kesepakatan dari kelompok atau tim kanker berdasarkan pengalaman
dan kutipan dari berbagai kepustakaan. Hal ini penting
sekali untuk menyatukan "bahasa" dari berbagai
disiplin ilmu yang terkait.
Sebagai langkah permulaan cara penanggulangan
tumor adalah mengenal dan mengaplikasi sistem
T.N.M. (T = Tumor, N = metastasis pada node °atau kelenjar getah bening regionbal,
M = Metastasis pada organ jauh). Secara bertahap sistem YNM pada setiap tumor ganas sudah harus
dimanfaatkan. Sistem
TNM merupakan petunjuk stadium tumor semakin
lanjut : T (0, 1, 2, 3, 4), N (0, 1, 2, 3) dan M (0, 1).
POLA PENGOBATAN
Pola pengobatan yang baik adalah pola
pengobatan yang memberi penyembuhan komplit atau penyembuhan
untuk jangka waktu lama, komplikasi paling ringan dan mutilasi paling sedikit. Untuk itu perlu diketahui
bentuk mutilasi yang mungkin timbul, gangguan psikis karena
operasi, kemungkinan pemakaian alat-alat tehnik revalidasi (contoh
: pemakaian payudara palsu, hilang pita suara diganti
suara perut). Dari uraian di atas dapat dipahami pentingnya
kelompok/tim penanggulangan kanker dalam tukar menukar
pikiran atau informasi
mengenai berbagai penyakit kanker dan membandingkannya dengan pengalaman kelompok lain
untuk memiliki alternatif protokol yang paling baik.
ASPEK BEDAH MENGURANGI RESIDIF
Berkaitan sifat biologis dari sel kanker,
perlu diperharikan berbagai aspek bedah untuk mengurangi
residif lokal atau
penyebaran kanker waktu operasi.
1)
Mencegah anestesi lokal
Sel ganas yang terlepas sangat mudah masuk ke
dalam pembuluh darah yang diinfiltrasi cairan
anastesi, karena tusukan jarum atau perubahan tekanan dalam jaringan.
2)
Massa tumor tidak boleh ditekan-tekan
Pada waktu tumor ditekan, sel tumor gampang
terlepas dan masuk ke dalam pembuluh limfe atau pembuluh
darah atau melalui cerah jaringan masuk ke permukaan
tumor dan invasi ke jaringan sekitarnya.
3)
Jaringan tidak boleh ditarik
Pada waktu operasi, jaringan tidak boleh
ditarik-tarik karena daya regang massa tumor terbatas dan mudah
terkoyak. Melalui jaringan rusak ini sel ganas mudah terlepas
dan menyebar sehingga dapat terjadi kontaminasi di permukaan
luka operasi. Juga tumor sebaiknya dikeluarkan in toto atau
dengan jaringan pembungkus setebal 2 cm dan tidak
terpotong-potong. Diseksi tumor tidak boleh dilakukan secara tumpul dan
harus secara tajam. Jaringan yang seolah-olah batas tumor
tidak boleh dipercayai.
4) Pengangkatan kelenjar
getah bening
Jaringan tumor beserta kelenjar getah bening
bila mungkin diangkat bersama-sama dan dianggap sebagai
tumor. Luka bekas eksisi percobaan juga harus ikut, hams dianggap dan ditanggulangi sebagai tumor.
5) Permukaan berupa tukak
Permukaan tumor berupa tukak dan luka operasi
ditutup secara hermetis dan bila tak mungkin
harus dibakar
dengan koagulasi, sehingga jaringan vital tidak terkontaminasi sel tumor.
dengan koagulasi, sehingga jaringan vital tidak terkontaminasi sel tumor.
6)
Reseksi usus
Usus yang direseksi karena tumor ganas,
sebaiknya dibilas dengan cairan anti sel kanker seperti
sublimat, cairan hipochlorit dengan konsentrasi tertentu; pemakaian cairan ini harus hati-hati
karena sifatnya sangat beracun; demikian juga luka operasi, dan instrumen harus dicuci dengan cairan anti sel
kanker sebelum ditutup.
7)
Radiasi
Dengan indikasi khusus dapat dilakukan
radiasi sebelum dan sesudah operasi untuk memperkecil kemungkinan residif lokal. Penyinaran sebelum operasi dilakukan
dalam hal tertentu bertujuan mengantipasi kesalahan yang mungkin
terjadi atau sudah terjadi sebelum tumor ditanggulangi,
misalnya biopsi yang dilakukan dengan anestesi infiltratif,
operasi terdahulu yang dilakukan tidak radikal. Penyinaran
preoperatif sebagai fase pertama penanggulangan karsinoma rektum
dan karsinoma esofagus tidak termasuk dalam kategori ini. Penyinaran sesudah operasi terutama dilakukan
apabila selama operasi ada kontaminasi atau pada
spesimen ada darah.
KEPUSTAKAAN
1. del Regato JA, Sputj HJ.
Dalam : aekerman and Regato;s Cancer Diagnosis, Treatment
and Prognosis. 5th Ed. St. Louis : CV Mosby Co 1977 : 820-76.
2. Linsk JA, Franzen S. The Breast : Diagnosis and management. Fine Needle Aspiration biopsy for Clinieian. Lippineou Co 1986.
2. Linsk JA, Franzen S. The Breast : Diagnosis and management. Fine Needle Aspiration biopsy for Clinieian. Lippineou Co 1986.
3. Orel SR, Sterret GF,
Walters MI, Whitaker D. Manual and Atlas of fine-Needle
Aspiration Cytology. Churehill Livingstone, 1986.
4. Tambunan G. Penuntun
Biopsi Aspirasi Janrm Halus. Aspek
Klinik dan Sitologi
Neoplasma. Jakarta : Hipokrates, 1990.
5. Tjindrambumi D. Penangan
Kanker Payudara Dini dan
Lanjut. NaskahSimposium Tumor Ganas pada
Wanita. Bagian Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran UI.